Blog ini adalah sebagai sarana kita untuk saling membagi ilmu tentang seni mengukir telur. Didalam blog ini dikisahkan perjalanan panjang saya dalam upaya untuk dapat membuat ukiran diatas telur, juga berisi hal-hal yang berkenaan dengan proses pembuatan ukir telur,dari awal hingga menjadi sebuah karya seni, dan sudah barang tentu menampilkan produk-produk yang sudah jadi.
Disamping itu juga dapat menjadi alternatif bagi kita bila akan memberi hadiah / souvenir bagi klien, sahabat, ataupun bisa untuk menambah dekorasi dan hiasan bagi rumah kita sendiri . Hampir segala bentuk bisa dituangkan dlm. ukiran ini, dari motif binatang, tumbuh2-an, bentuk2 geometris,logo perusahaan / merek2 tertentu, bahkan kaligrafi.
Karena yang dipakai sarana ukir adalah telur angsa, sudah pasti ada keterbatasan2 tertentu. Lain halnya bila dengan telur burung onta atau burung kasuari yang bentuknya lebih besar dan dengan kulit yang lebih tebal.
Dengan blog ini, saya mengharapkan kita semakin tahu apa itu seni ukir telur, disamping ketrampilan dan ketelitian yang lebih penting adalah melatih kesabaran.
Saya sangat menyadari bahwa hasil karya ini masih jauh dari sempurna, dan juga belum bisa dibandingkan dengan karya para seniman profesional, tetapi paling tidak saya sudah berhasil menciptakan sesuatu yg tadinya tidak berharga menjadi lebih berharga. Apabila ada keinginan pembaca untuk memesan, memiliki atau ingin belajar seni ukir ini, dapat menghubungi saya di alamat dan nomor yang tercantum dibawah ini.
Akhir kata, terima kasih atas kunjungan anda, segala kritik dan saran akan saya terima dengan tangan terbuka.
Berita terbaru :
Mulai bulan Agustus 2010 anda dapat berbelanja langsung secara online produk ukir telur. Caranya mudah, cukup klik label TOKO ukir telur, tinggal pilih yang anda sukai dan dikonfirmasi melalui e-mail : andi.wibisono08@gmail.com atau telp. 021-788 44 363 ; 0811-918291 setelah itu transfer uang yang sudah disepakati ke rekening a/n : Andi Wibisono Bank BNI Cab. Tebet No. 0010771607.
Harga yang tercantum pada gambar, tidak termasuk ongkos kirim, casing dan tatakannya.
Barang akan dikirim setelah pembayaran diterima oleh Ukir Telur
Jumat, 13 Februari 2009
Jalan panjang untuk bisa mengukir diatas telur
Awal mulai kegiatan
Bagian I
Mencari informasi
Sebagaimana ditulis dalam biografi, bahwa kegiatan mengukir telur ini terinspirasi oleh kegiatan seorang ibu yang diwawancarai oleh sebuah stasiun radio, bahwa ibu tsb berhasil keliling dunia karena membuat kerajinan dari cangkang telur.
Pada saat baru mendengar acara tsb. belum terbayangkan bagaimana bentuk dari kerajinan yang dimaksud, karena saya mengikutinya sudah saat2 akhir, namun saya sempat mencatat nomor teleponnya.
Besoknya saya langsung menelpon ke si ibu menanyakan hal ihwal kerajinan yang digelutinya itu. Ternyata beliau itu membuat kerajinan dari cangkang telur.
Dengan berapi-api dan penuh semangat si ibu ini juga mengatakan bahwa sudah punya pasar di luar negeri, dan melakukan pengiriman sebulan sekali. Dengan tenaga 5 - 6 orang si ibu mampu menghasilkan produk yg. siap diexport ke LN. Memang hebat ibu ini.
Saya sempat menyinggung apakah nanti seandainya saya sudah bisa memproduksi, hasil produk saya bisa ditampung untuk bersama-sama dijual ke LN, dan dijawab tidak bisa , dia bilang bapak mesti mencari pasar sendiri. ( didalam hati saya ngedumel, gimana sih ibu ini, kalo produksi meningkat
Ketika saya tanyakan bagaimana proses pembuatannya, si ibu mulai kurang bersemangat dan agak2 pelit memberi informasi, ujung2nya adalah minta saya unt. datang ke workshopnya, disana secara berkala diadakan pelatihan membuat kerajinan tersebut, dari A samapi Z, artinya mulai dari mengeluarkan isi telurnya , membersihkan dalamnya dst. hingga menjadi barang seni yang bernilai.
Tentu saja pelatihan tersebut tidak gratis alias bayar, waktu itu biayanya kalau tidak salah Rp. 225.000,- untuk sekali pelatihan termasuk mendapat alat untuk mengeluarkan isi telur.
Selesai menelpon saya lantas berfikir, apa iya untuk mengeluarkan isi telor saja harus ikut kursus ? mana tempatnya jauh lagi.
Kalau sudah menghadapi beginian gengsi saya mulai keluar, masa mengeluarkan isi telor saja mesti diajarin dan suruh bayar pula, mending buat beli telur sudah dapat berkilo-kilo.
Didalam benak saya terbayang untuk mengeluarkan isi telur kan mudah, cukup dilubangi salah satu sisinya, kemudian disedot isinya, selesai deh ( kebetulan saya punya suntikan bekas )
Langsung saya minta pembantu beli telur ayam negeri 1 kg. sementara saya bongkar2 perkakas mencari bor kecil, bekas suntikan tsb. dll. yg. mungkin bisa digunakan.Setelah semua siap, ( telor ayam dan segala perlengkapan ) , maka mulailah misi pengeluarkan isi telor.
Ternyata dalam pengerjaannya tidak semudah yang saya bayangkan . . . . . . .
Bagian II.
Melukis Pak Petruk
Pertama kali saya mencoba melubangi salah satu sisi yg. lebih besar dengan bor kecil, dan dengan hati2 saya coba menusuk dengan memutar bor secara manual, dan berhasil membuat lubang dgn. diameter sekitar 2 mm.
Selanjutnya telur ayam yg. sdh. berlubang saya letakkan pada gelas kecil dgn. lubang menghadap keatas, lalu saya ambil suntikan bekas yg. sudah dicuci bersih dan mulailah penyedotan isi telur.
Karena jarum suntikan relatif kecil dan yg. disedot cairan yang agak kental maka waktu menarik suntikan terasa agak berat , sehingga untuk mengeluarkan isi satu buah telur ayam memerlukan waktu diatas 15 menit.
Setelah isi telur keluar semua, barulah saya membersihkan bagian dalamnya. Untuk yang ini tidak mengalami kendala, karena unt. memasukkan air lebih mudah, apalagi dgn. alat bantu suntikan.
Sesuai informasi dari si Ibu bahwa beliau juga membuat lukisan diatas cangkang telur, maka sayapun mulai membuat sketsa. Pilihan pertama adalah gambar Petruk yaitu salah satu punakawan Pandawa yang berhidung panjang.
Persiapan unt. melukis memang sdh. saya lakukan, dimana cat minyak, beberapa kuas kecil , pallet, pengencer cat sudah saya beli sebelumnya.
Setelah sketsa mengalami beberapa perbaikan, maka sang Petruk siap untuk dilukis.
Melukis diatas permukaan yang bulat lebih sulit dibandingkan dengan permukaan datar, apalagi dengan bentuk yg. kecil seperti telur ayam ini. Terlebih lagi menggunakan cat minyak dimana proses pengeringannya lumayan lama, jadi memang butuh kesabaran . Pada akhirnya lukisan tersebut jadi juga, malah berhasil melukis beberapa buah , walaupun ada yang hanya setengah jadi, sebagaimana foto diatas.
Bagian III
Pencarian yang tidak sia-sia
Setelah beberapa telur berhasil saya lukis, saya mulai melakukan evaluasi atas segala sesuatu yang baru saya lakukan. Ternyata kegiatan tersebut cukup ribet dan tidak praktis. Sudah melukisnya sulit, menunggu keringnya cat lama , salah2 posisi cat yang masih basah pasti kesenggol jari dll. maka sejak saat itu saya putuskan untuk tidak meneruskan melukis diatas telur.
Tetapi kaki sudah terlanjur melangkah, pantang untuk surut kebelakang.
Yang saya lakukan selanjutnya adalah mencari informasi seputar kerajinan dari cangkang telur. Kebanyakan yang saya temui adalah memang melukis telur atau menghias telur, semacam telur paskah.
Saya cari di beberapa toko buku tidak saya temukan buku tentang kerajinan telur lainnya.
Akhirnya tanpa sengaja saya menemukan sebuah situs di internet yang memuat gambar ukiran telur. Tetapi situs tsb. hanya memberitakan karya ukirannya tanpa memuat cara2 membuatnya.
Dengan melihat gambar ukiran tersebut saya baru "ngeh" oh ini to yang namanya ukiran telur. Memang bagus sih, aneh, lain dari pada yang lain dan buat saya ini benar2 sesuatu yang baru
Belum terbayangkan bagaimana caranya mengukir diatas kulit telur yang sangat rapuh.
Dalam beberapa hari masih belum terpecahkan bagaimana caranya mengukir diatas telur. Pakai apa ya ? apa pakai pisau yang sangat tajam, atau pakai cutter ? semuanya masih tanda tanya besar.
Tidak lama kemudian muncul di salah satu stasiun TV, yang memberitakan bahwa seorang pemuda asal Kudus atau Demak Jawa Tengah, bisa membuat ukiran diatas telur angsa hanya dengan sebilah pisau.
Yang pasti pisau tersebut sangat tajam dan proses pengerjaannya itu "bok" yang gak tahan . Untuk menyelesaikan satu buah ukiran telur dibutuhkan waktu sekitar 2 bulan.
Dalam hati, wah wah wah gile bener, sebab kalo lihat yang di internet dengan pola yang begitu rumit terus bikinnya pake pisau, satu tahun baru selesai, kaleee.......
Dengan bekal melihat hasil ukiran di internet dan cara membuat ukiran pakai pisau, saya tidak mau berlama lama bingung, malah timbul ide baru bagaimana kalau membuatnya pakai gergaji triplek, barangkali perlu dicoba.
Padahal sudah dapat diduga bahwa dengan gergaji bentuk2 yang dihasilkan pasti sangat terbatas. Kalau hanya bentuk garis lurus atau agak2 lengkung yang tidak tajam masih bisa dikerjakan . Tetapi kalau bentunya lengkung2 kecil pasti tidak bisa.
Keesokan harinya mulai lagi hunting mencari cari gergaji triplek untuk percobaan membuat ukiran telur.
Seperti biasa isi telur mulai dikeluarkan, tapi jangan salah........... yang sekarang sudah berbeda sudah ketemu metode baru, tidak sampai dua menit isi telur sudah keluar dengan lancar, tanpa kececeran, tanpa belepotan dll. tinggal cuci dalamnya, keringkan dan mulailah mengukir dengan gergaji triplek. . .
Bagian IV
Masa coba coba
Gergaji tripek. . . . ., ya gergaji triplek itulah alat yang pertama kali saya gunakan , atau mungkin satu2nya orang yang menggunakan gergaji untuk mengukir.
Dengan gergaji tidak mungkin membuat pola yang rumit, pola harus sederhana dan saya memilih bentuk2 geometris.
Untuk gambaran sederhananya , pertama saya buat dulu garis bantu horizontal pada bagian tengah melingkari telur, kemudian garis vertikal juga melingkari telur. Garis vertikal melingkar saya buat 8 garis , sementara garis horizontal melingkar saya buat 7 garis, kemudian pada titik2 pertemuan garis horizon dan vertikal dihubungkan maka akan terjadi bentuk "wajik"
Setiap garis saya beri ketebalan sekitar 0,5 cm dan terjadilah bentuk2 wajik mengelilingi telur. Garis 2 itulah yang kemudian harus digergaji.
Karena yang saya pakai telur ayam maka pengerjaannya harus extra hati2.
Cara pengerjaannya, cangkang telur saya letakkan diatas meja dengan alas kain agar tidak licin. Tangan kiri memegang telur, sementara tangan kanan memegang gergaji triplek.
Segaris demi segaris mulai saya gergaji , potongan kulit telur yang terjadi karena persilangan garis mulai saya ambil , sehingga menimbulkan lubang2 bentuk wajik pada permukaan telur.
Ketika lubang bentuk wajik mulai banyak akan membuat kekuatan kulit telur juga mulai berkurang, maka tekanan gergaji juga harus dikurangi.
Dengan kondisi seperti ini pengerjaan mulai sulit, dan benar saja ketika tekanan gergaji kurang terkontrol maka prekkkk . . . . . , ukiran telur yang hampir selesai pecah berantakan.
Saya coba sekali lagi dengan pola yang sama, sambil memikirkan bagaimana caranya agar pola tsb dapat dibuat dan telurnya tidak pecah. Kalo pakai cutter tidak mungkin, karena akan membutuhkan tekana lebih besar.
Otak terus berputar bagaimana caranya agar telur tidak pecah ketika menerima tekanan.
Sampai akhirnya terbesit dalam pikiran , ini
Bahasa sederhananya adalah semakin padat suatu masa maka akan semakin kuat masa tersebut, tetapi bila masa kurang padat atau bahkan kosong maka akan semakin tidak ada kekuatan.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa telur yang sudah kosong itu harus diisi kembali dengan sesuatu agar dapat menahan tekanan pada kulitnya. Problem baru muncul, dengan apa cangkang telur tersebut akan diisi.
Setelah mempertimbangkan beberapa opsi maka terpilih salah satu opsi yang sangat orisinil, atau bahkan primitif.
Cangkang telur sebelum diukir diisi dengan lilin. Dengan adanya lilin didalam cangkang maka akan memperkuat cangkang telur dari tekanan dan mempermudah pengerjaannya. Nah kalau ukiran sudah selesai bagaimana mengeluarkan lilinnya ?
Gampang, rebus saja itu telur, maka lilin akan meleleh dan tinggallah cangkang telur yang sudah diukir sesuai pola.
Ini baru teori, baru pemikiran , dalam pelaksanaannya bagaimana ? Dengan apa memasukkan lilin kedalam cangkang telur ? dst. dst. . . . .
Bagian V
Menguji teori
Sesuai teori dan pemikiran diatas, hati sudah mantap untuk memasukkan lilin kedalam cangkang telur, caranyapun sudah kutemukan tinggal persiapannya saja.
Ambil panci yang agak kecil yang sudah tidak dipakai, sendok sayur, lilin penerangan beberapa pak, dan corong kecil untuk memasukkan lilin cair kedalam telur.
Corong saya buat dari kertas bekas cover majalah, jadi agak tebal lalu digulung dengan lubang kecil pada ujungnya agar bisa masuk kedalam lubang telur, dan pada ujung satunya lubang agak besar untuk memasukkan lilin cair.
Setelah sumbu lilin dibuang, lilin dimasukkan kedalam panci dan dipanaskan. Api kompor tidak terlalu besar agar api tidak menyambar lilin cair yang berada dalam panci. Ketika lilin sudah mencair semua, matikan kompor dan saya gunakan sendok sayur untuk menuangkan lilin cair kedalam cangkang telur.
Menuangkannya harus sedikit demi sedikit dan pelan pelan agar udara yang ada didalam telur keluar semua. Setelah penuh saya diamkan sementara waktu agar lilin mangeras, atau kalau mau lebih cepat dapat direndam dalam air dingin.
Dalam hitungan menit lilin sudah mengeras yang artinya siap untuk diukir. Pola wajik-wajik yang sudah saya buat sebelumnya masih kelihatan dengan jelas, maka dengan segera saya ambil gergaji triplek dan mulai menggergaji sesuai garis pola tersebut.
Dengan adanya lilin didalam cangkang telur proses penggergajian lebih mudah dan tidak perlu terlalu khawatir telur akan pecah kena tekanan.
Walaupun demikian tetap harus hati2 dan tidak boleh sembarangan karena kalau tekanan terlalu keras kulit telur juga akan retak atau bahkan pecah.
Satu persatu potongan kulit telur berbentuk wajik saya ambil sampai akhirnya tinggal lubang2 wajik yang tersisa dan secara keseluruhan terbentuk lubang2 wajik mengelilingi cangkang telur.
Langkah berikutnya sesuai teori adalah telur akan direbus untuk mengeluarkan lilin padat yang ada didalam telur. Maka saya ambil panci yang lain dan merebus air hingga mendidih.
Cangkang telur yang berisi lilin secara perlahan saya masukkan air yang sudah mendidih, dan perlahan lahan lilin padat didalam tekur mulai mencair.
Setelah semua lilin mencair, barulah cangkang saya angkat. Ternyata pada kulit telur masih ada sisa lilin yang menempel, maka saya ulangi lagi beberapa kali perebusan hingga akhirnya lilin bersih dari kulit telur.
Jadilah sekarang pola wajik2 mengelilingi telur. Masih kasar, belum tahu bagaimana cara menghaluskan bekas2 potongan gergaji, tetapi lumayan senang karena teori yang saya buat berhasil dilaksanakan.
Walaupun demikian saya tetap masih penasaran, pasti ukiran yang ada di internet tidak menggunakan teori saya, pasti ada alat khusus yang dipergunakan sehingga dapat mengukir pola yang rumit rumit.
Untuk sementara waktu mengukir dengan cara diatas saya hentikan dulu, sambil terus mencarai jawaban atas pertanyaan yang selama ini belum terjawab, yaitu dengan alat apa ukiran tersebut dibuat.
Bagian VI
Akhir dari pencarian
Upaya ini membuahkan hasil setelah ketemu situs tentang kerajinan ukiran telur, dari negara amerika
Didalamnya dimuat berbagai hal yang berkaitan dengan ukiran telur, mulai dari peralatan, teori membuat ukiran, telur apa saja yang dipakai, daftar harga ukiran telur dll. Pokoknya segala macam infomasi tentang ukiran telur ada semua.
Saya semakin semangat ketika melihat daftar harga , untuk ukiran telur angsa dengan pola yang sederhana saja dihargai $ 50.00 per buah, ( dalam hati wueh . . .boleh juga nih dikembangkan di
Jadi alatnya adalah seperangkat bor mini dengan berbagai macam mata bor, juga ada kompresor mini untuk menggerakkan / memutar bor, wah pokoknya komplit sekali. Cuma harganya yang bikin garuk garuk kepala, kalau kita beli komplit termasuk tetek bengeknya kalau di kurs bisa lebih dari Rp. 10.000.000,-
Berbekal informasi diatas saya keliling mencari toko perkakas mencari bor mini seperti yang di internet.
Kembali keliling mencari toko perkakas, dan tanpa sengaja disuatu tempat ada sebuah toko perkakas yang menjual bor mini dengan berbagai macam mata bor. Nah ini dia yang saya cari, saya amati mata bornya satu persatu , hampir persis sama seperti yang di internet. Bedanya pada tangkai pegangan bor, kalau yang di internet pegangannya kecil sebesar spidol, jadi gampang pengoperasiannya layaknya menulis atau menggambar. Sedang yang di toko ini agak besar hampir sebesar tangkai raket bulu tangkis. Tapi tak apalah nanti teknik pengerjaannya dipikirikan belakangan sambil jalan, yang penting alatnya sudah punya.
Harganya juga cukup murah, waktu itu hanya sekitar Rp.100.000,-
Bagian VII
Babak baru dalam mengukir telur
Sepanjang perjalanan saya mulai menyusun rencana dalam rangka mengukir telur yang sesungguhnya dalam arti mengukir menggunakan alat yang tepat.
Yang pasti saya harus mempelajari dahulu fungsi dari tiap tiap mata bor, dan mengadakan percobaan mengukir dengan pola yang sederhana dahulu.
Sesampai dirumah saya langsung mengambil beberapa telur ayam untuk dikeluarkan isinya, lima buah sekaligus sekalian untuk persediaan.
Tidak menunggu telur kering, satu buah telur langsung saya ambil untuk dibuat polanya. Kali ini saya membuat pola bebas, ada garis lurus, garis lengkung, bulatan2, bentuk segitiga dll. yang penting saya harus dapat menggunakan alat sesuai kebutuhan.
Tidak menunggu terlalu lama penggunaan alat sudah dapat saya lakukan, terbukti pola yang saya buat bisa saya kerjakan dengan baik. Beberapa kali saya ulangi dengan pola yang berbeda yang lebih rumit ternyata juga bisa saya selesaikan dengan baik.
Oke....... sekarang saya sudah menguasai pemakaian alat , sudah waktunya saya mengukir yang sesungguhnya, tapi tidak ditelur ayam melainkan memakai telur angsa, seperti yang di internet.
Misi pencarian dimulai lagi, kali ini targetnya adalah telur angsa. Asal tahu ,telur ini memang unik, jangan berharap akan mendapatkan bila membelinya di pedagang telur biasa ( telur ayam ), jadi kalau mencari harus ke pedagang kembang untuk siarah/ nyekar ( bahasa jawa ) atau yang menjual peralatan upacara adat.
Lebih anehnya telur yang sudah busuk harganya lebih mahal hampir dua kali lipat daripada yang masih segar, biasanya yang sudah busuk banyak dipergunakan untuk tumbal atau sejenisnya yang berhubungan dengan dunia gaib.
Makanya waktu pertama kali membeli, si pedagang agak bingung yang dicari kok yang masih segar, bukannya yang sudah busuk. Malah dia bilang kalau telurnya masih segar jampi2nya tidak manjur.
Akhirnya saya bilang saja bahwa telur itu bukan untuk tumbal, tetapi untuk membuat kueh khusus, yang bahannya harus dari telur angsa, dan si ibu penjual hanya mengangguk anggukkan kepala sambil senyum2. ( dalam hati mungkin dia bilang kueh apa .... kok musti pake telur angsa segala ) .
Karena belum tahu berapa harga pasarannya si ibu pedagang bilang Rp.20.000,-per buah ya langsung diiyakan saja. Kebetulan cuma ada dua ya sudah dua duanya saya beli untuk bahan ukiran. Belakangan baru tahu setelah saya minta pembantu membeli telur angsa, ternyata dia membeli dengan harga hanya Rp. 10.000,- per buah.
Sampai di rumah seperti biasa persiapan untuk mengukir mulai dilakukan, dari mengeluarkan isi telur, mencuci, mengeringkan dst,dst.
Singkat kata saya sudah berhasil menjadi tukang ukir telur.
Didalam setiap kali mengukir selalu mendapat pengalaman baru yang sangat berharga yang berhubungan dengan teknik mengukir.
Kalau pada awal mengukir hanya dengan pola2 yang sederhana tapi akhirnya mampu mengukir dengan pola2 yang sulit bahkan ekstrim , hal ini tidak lepas dari kemauan belajar dan sikap pantang menyerah .
Sepanjang tahun 2008 yang lalu saya baru berhasil mengukir 30 buah telur, selain karena masih dalam taraf belajar , pengerjaannya diselang seling dengan kegiatan lain, namanya juga mengisi waktu kosong.
Berbagai macam pola sengaja saya buat disamping untuk menguji ketrampilan juga untuk mengetahui selera tiap tiap orang yang melihat ukiran tersebut, siapa tahu suatu saat ada orang yang memesan atau membelinya.
Sementara ini lumayan puas melihat hasil karya yang sudah jadi, walaupun ada juga beberapa ukiran yang perlu mendapat perbaikan . Bukannya ge er, setiap famili atau tamu yang menyaksikan ukiran saya selalu memuji hasil karya saya.
Selingan :
" Kisah Abdul Muluk "
Di keluarga saya ada kebiasaan yang sudah lama dijalani yaitu arisan keluarga, yang diadakan satu bulan sekali bergantian tempat sesuai siapa yg. dapat arisan.
Seperti biasa kalau sudah bertemu ada saja yang dibicarakan, bernostalgia pada masa kanak kanak, pengalaman2 yang dialami masing 2 anggota atau apapun yang sedang menjadi isue hangat pada saat itu. Salah satu isue yang hangat saat itu adalah kegiatan saya mengukir telur.
Pada awal saya mulai kegiatan mengukir ada dua orang kakak saya, juga sudah pensiun yang mengikuti jejak saya. Dengan penuh semangat mereka selalu mengikuti perkembangan kegiatan yang saya lakukan, bahkan juga ikut membeli peralatan mengukir seperti yang saya beli.
Buat saya sih oke oke saja, malah bisa menambah semangat saya dalam menekuni kegiatan baru ini. Setiap kali arisan, masing2 tak terkecuali saya selalu membawa ukiran yang berhasil dibuat saat itu, dan seperti biasa masing 2 akan membanggakan
hasil karyanya.
Wah pokoknya seru..... saling memperlihatkan kebolehannya. Yang lebih seru kalau sudah mengomentari hasil ukiran , macam2 kritikan dan saran tidak habis2nya, yang satu bilang ini harusnya begini, satunya lagi bilang yang ini jangan begini, dan lain2 komentar seolah olah bikinnya gampang. Namanya juga komentar, ya didiemin aja....... dia nggak tahu bagaimana sulit dan ribetnya mengerjakan ukiran tersebut apalagi untuk menghasilkan ukiran yang bagus.
Salah satu kakak saya berhasil membuat ukiran burung garuda dengan sayap mengembang. Dari jauh kelihatan hebat sekali, bisa membuat ukiran sedetail itu, tetapi begitu dilihat dari dekat, ternyata banyak sekali sambungan2 yang dilem dengan power glue.
Dari kompetisi tidak resmi tersebut, karya saya paling sering mendapat pujian dari saudara saudara yang lain. Horeeeee............
Suatu saat kita sedang membicarakan masalah disain / pola ukiran , dimana saya melontarkan ide bagaimana kalau dibuat pola spiral ? kira 2 bisa apa tidak ya.
Ini saya lontarkan karena selama ini belum pernah melihat pola ukiran yang seperti itu, terutama ukiran telur buatan orang2 barat.
Saya juga tahu bikinnya pasti sulit, tapi saya berkeyakinan bahwa pola itu bisa dibuat, walaupun belum tahu bagaimana membuatnya.
Salah satu kakak yang terkenal sering bicara " sengak " dan agak2 "minir" dengan cepat sudah memfonis bahwa itu tidak mungkin dibuat, dan dengan suara agak "ngenyek" dia bilang Abdul Muluk........... yang artinya adalah terlalu muluk2 untuk bisa membuat pola seperti itu.
Ya sudah, saya tidak mau berpolemik tentang sesuatu yang belum terjadi dan sebagai saudara muda saya diam saja mendengan kata2 abdul muluk tadi.
Hal tersebut malah bikin saya ingin cepat membuatnya, dan membuktikan bahwa pendapat saya bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan percobaan memakai telur ayam , pola spiral dapat saya kerjakan dengan baik, gampang kok membuatnya tidak sesulit yang diperkiraan, dan sampai sekarang telur ayam percobaan tadi masih saya simpan.
Maka berikutnya langsung memakai telur angsa. Tidak tanggung tanggung, begitu satu pola spiral jadi saya langsung membuat lagi pola spiral dengan putaran lebih banyak.
Kalau pada telur pertama hanya membuat dua putaran , maka pada telur kedua saya menambah menjadi tiga putaran, dan berhasil. Berikutnya membuat lagi pola spiral yang lebih extrim yaitu dengan lima putaran.
Yang terakhir ini benar2 nekat, karena amat sulit, harus sangat sangat hati2 dan penuh kesabaran dan ketelitian, sedikit saja salah perhitungan pasti patah.
Begitu ukiran terakhir selesai saya kerjakan, saya jadi heran sendiri, kok bisa ya, kok bisa ya.........
Ketiga ukiran spiral sudah jadi semua , tiba saatnya untuk menjawab pernyataan Abdul Muluk tadi, dan sang kakak yang melontarkan abdul muluk akhirnya hanya mesam-mesem "klejingan ".
Sebagai kenangan bahwa dengan dibuatnya pola spiral tersebut saya telah menemukan suatu metode baru dalam mengukir telur , hingga pola yang sangat sulitpun bisa dikerjakan dengan baik.
Untuk mengingat peristiwa yang menurut saya sebagai puncak keberhasilan belajar mengukir telur maka ukiran spiral tersebut saya beri nama " Abdul Muluk "
Bagian VIII
Bagaimana prospek ukiran telur
Saat ini saya memiliki sekitar 30 buah ukiran telur, yang saya buat sepanjang tahun 2008 dengan berbagai macam pola. Saya mencoba untuk tidak menyontek disain yang sudah ada di internet, dan membuat disain se orisinal mungkin, paling2 mengambil ide dari gambar / lukisan yang ada dirumah.
Dengan jumlah ukiran sebanyak itu saya mulai berfikir, mau diapakan ini, apa mau disimpan terus ? padahal lemari penyimpanan sudah hampir penuh.
Yah barangkali sudah waktunya untuk dipasarkan, atau paling tidak sudah memenuhi syarat untuk ikut pameran.
Beberapa waktu yang lalu saya membuka Website Dewan Kerajinan Nasional, yaitu suatu badan nirlaba yang berada dibawah naungan pemerintah daerah yang mempunyai tugas salah satunya adalah sebagai wadah para produsen kerajinan dan para pengrajin agar bisa lebih berkembang dan lebih maju.Disamping juga melakukan pembinaan agar mutu dan kwalitas kerajinan Indonesia lebih baik sehingga dapat bersaing dengan kerajinan dari manca negara. Disamping juga sebagai sarana untuk memromosikan hasil kerajinan.
Setiap anggota Dekranas bisa mendapat kemudahan2 atau fasilitas2 tertentu misalnya untuk mengikuti promosi atau pameran baik didalam maupun diluar negeri.
Oleh sebab itu saya dianjurkan untuk menjadi anggota Dekranas.
Pada pertengahan bulan Februari 2009 yang lalu saya mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Dekranas DKI.
Sesuatu bisa terjadi secara kebetulan atau memang sudah ada yang mengatur.
Pada saat saya membawa surat permohonan keanggotaan, beberapa pengurus Dekranas DKI melihat foto-foto hasil karya saya, semua kelihatan heran atau kagum? yang jelas mereka memuji hasil karya saya, dan menanyakan berbagai hal tentang cara membuat ukiran tersebut.
Mereka bilang belum pernah melihat kerajinan ukiran telur seperti yang saya buat itu.
Kebetulan pada tanggal 18 Maret 2009 akan ada pameran kerajinan skala nasional, dalam rangka ulang tahun Dekranas, bapak pengurus tersebut bilang bahwa karya saya berpeluang untuk diikut sertakan dalam pameran, karena merupakan hal yang baru dan belum banyak yang membuat, bapak tersebut juga mengatakan bahwa masih banyak anggota lain yang belum mendapat kesempatan untuk ikut pameran.
Dalam hati saya berdoa agar bisa ikut pameran, bukan karena apa, karena kalau ikut pameran bersama Dekranas tidak perlu bayar alias gratis. Tetapi kalau ikut sendiri, harus bayar sewa stan yang harganya sekitar 9 juta selama 4 hari pameran.
Setiap anggota Dekranas diwajibkan untuk mendisplay satu atau dua buah hasil karyanya dikantor Dekranas, demikian juga saya, begitu dinyatakan diterima sebagai anggota Dekranas saya segera membawa beberapa produk saya untuk didisplay dikantor Dekranas, waktu itu tanggal 17 Maret 2009 , satu hari sebelum pameran dibuka.
Seperti yang telah saya singgung diatas, sesuatu bisa kebetulan atau memang sudah ada yang mengatur, hasil karya saya bisa diikutsertakan pada pameran tersebut, Alhamdulillah........ inilah saat yang saya tunggu-tunggu.
Sampai dirumah langsung mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan pameran. Tidak banyak yang harus dibawa, cukup membawa beberapa hasil ukiran yang menjadi unggulan, dan kartu nama.
Penataan tempat sudah ada yang menangani , jadi tinggal mengikuti sesuai yang sudah direncanakan saja.
Pameran dibuka oleh Ibu Wakil Presiden pada sekitar pukul 11.00 wib. siang. Banyak para pejabat yang hadir, begitu juga para wakil dari negara sahabat.
Para pengunjung belum boleh masuk, kecuali yang memiliki undangan dan para peserta pameran.
Sekitar jam 1.00 siang Ibu Wapres. meninggalkan tempat, dan saat itulah pengunjung baru diperbolehkan masuk. Pengunjung cukup banyak, apalagi menjelang sore hari, semakin banyak yang datang.
Dari hasil pengamatan saya, pameran kali ini lebih ramai dan lebih meriah dibanding dengan beberapa pameran serupa yang pernah diadakan. Barangkali karena ulang tahun Dekranas, jadi hampir semua propinsi mengirim wakilnya, bahkan banyak juga delegasi dari Kabupaten / Kota.
Dari yang dipamerkan, kebanyakan adalah kerajinan tekstil dan kerajinan tangan, baik dari logam, kayu, batu,kulit ada juga mainan tradisional dll. pokoknya lumayan komplit.
Tiap daerah memamerkan produk unggulannya masing2.
Saya sengaja keliling keseluruh area pameran, disamping melihat lihat hasil karya para pengrajin se Indonesia , juga mencari kerajinan yang berbahan baku cangkang telur.
Ternyata kerajinan yang menggunakan bahan baku cangkang telur untuk diukir hanya saya. Kerajinan dari kulit telur yang saya temui adalah, kulit telur yang sengaja dipecahkan dan ditempel pada suatu media, misalnya gerabah, keramik, atau lukisan dengan alas papan.
Jadi saya adalah satu2nya yang membuat ukiran telur pada pameran tersebut.
Peserta dari Bali yang saya harapkan akan memamerkan ukiran telur ternyata tidak ada. Yang ada adalah lukisan diatas cangkang telur.
Bagus lukisannya, rapih dan detail , cuma ya itu ternyata itu telur bohongan , yang terbuat dari kayu, makanya agak heran ukurannya kok besar, lebih besar dari telur anggsa, tapi lebih kecil dari telur burung onta. Yang telur asli ada juga , tapi telur ayam.
Bangga juga , tidak ada pengrajin yang membuat karya seperti yang saya buat.
Tidak heran bila banyak pengunjung yang mengagumi atau heran melihat hasil ukiran saya.
Banyak sekali pertanyaan seputar teknik pembuatan dll. termasuk soal harga.
Yang terakhir tadi banyak yang geleng2 kepala, kok mahal sekali, apa tidak bisa lebih murah dll.
Yah namanya juga karya seni, murah dan mahal tidak ada ukurannya. Kalau dilihat dari bahan bakunya memang barang tidak berharga sama sekali, hanya cangkang telur. Tetapi disitulah letak seninya , bagaimana merubah sesuatu yang semula tidak berharga bisa menjadi lebih bernilai.
Jadi yang dinilai tidak hanya hasil akhirnya tetapi juga prosesnya.
Penghargaan orang terhadap suatu karya ( seni ) memang tidak sama, sangat tergantung dari seberapa besar orang tsb. mengeyam pendidikan, memahami seni budaya, dll. dan yang lebih penting adalah kerelaan untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk hal2 yang bagi orang lain dianggap biasa biasa saja atau bahkan tidak ada artinya.
Bagi orang yang mengetahui seni dan kebetulan tidak bermasalah dgn. keuangan kebanyakan akan rela mengeluarkan uang berapapun besarnya bila menyenangi suatu karya seni.
Nah, kembali lagi ke masalah pameran.
Pada hari pertama seperti yang telah saya sampaikan diatas, pengunjung cukup banyak, apalagi menjelang sore dan malam hari.
Saya agak heran pada jaman yang serba sulit ini ternyata masih banyak juga warga Indonesia yang berlebih uang, ini terbukti banyaknya para pengunjung yang membelanjakan uangnya untuk membeli kerajinan.
Memang dengan banyaknya jenis kerajinan yang dipamerkan dan variasi harga yang beragam membuat para pengunjung mempunyai banyak pilihan.
Mau beli yang murah meriah ada, atau mau beli yang mahal juga banyak. Bagus juga bisa menjangkau semua kalangan
Khusus untuk kerajinan ukir telur yang saya buat, saya tidak mau gegabah dalam menentukan harga. Jauh hari sebelum pameran, saya sempat berkeliling ke tempat tempat yang menjual barang kerajinan di dua pertokoan yang sudah cukup terkenal di Jakarta. Maksud saya adalah mencari referensi harga untuk menentukan harga jual berapa yang pantas untuk kerajinan ukir telur .
Ternyata di dua toko tersebut tidak / belum pernah menjual kerajinan ukiran telur seperti yang saya buat. Yang ada adalah lukisan diatas telur dari bali, yang waktu itu dihargai antara Rp. 150.000,-
Wah repot juga untuk menentukan harga jual, sama sekali belum ada yang menjual kerajinan ukiran telur seperti yang saya buat.
Kalau mengacu pada lukisan telur, sudah pasti tidak bisa, walaupun bahannya sama sama dari cangkang telur,tapi proses pembuatannya sangat berbeda.
Ukiran diatas telur sangat besar resikonya terutama pecah, dan waktu pembuatan juga lebih lama.
Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan maka saya mengambil patokan harga jual di Amerika, yang pastinya akan disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Untuk ukiran dengan pola sederhana harga pasaran di Amerika sekitar $ 50.00 -
$ 100.00 sedang yang polanya lumayan rumit hingga rumit bisa mencapai $ 100.00 - $ 200.00 . Kurs dolar saya patok Rp. 10.000,- / $ 1.00 US.
Dengan patokan tersebut saya mengelompokkan hasil produksi menjadi beberapa kelompok.
Yang termurah saya patok harga Rp. 500.000,- yang tingkat kesulitan sedang2 antara Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000 dan yang paling sulit bisa mencapai
Rp. 1.500.000,-
Ada juga beberapa ukiran dengan pola yg. cukup sederhana saya patok sekitar Rp. 350.000,-
Dengan mematok harga tersebut, sebagaimana telah diuraikan diatas banyak pengunjung yang geleng2 kepala, mereka bilang kok mahal sekali.
Ada juga beberapa pengunjung yang melakukan penawaran, tetapi saya tetap tidak mau menurunkan harga, ingin mengetahui reaksi pasar atas harga tersebut.
Pada hari kedua, waktu itu baru mau berangkat ke balai sidang, saya ditelpon oleh penjaga pameran bahwa ada pengunjung yang tertarik dengan dua buah ukiran ,dan berniat untuk membelinya, yang harganya masing2 Rp. 1.500.000,- dan Rp. 1.250.000,-
Saya bilang ke penjaga bahwa harga tersebut tidak boleh berkurang.
Rupanya si calon pembeli tadi ingin sekali memiliki ukiran tersebut, dan terus melakukan penawaran ke penjaga . Sampai akhirnya si penjaga menelpon kembali dan bilang bahwa sipembeli ingi bicara langsung dengan saya.
Setelah terjadi negosiasi, akhirnya sepakat kalau kedua ukiran tersebut dibeli semua, maka tiap2 ukiran harganya sebesar Rp.1.000.000,- dan si calon pembeli setuju dengan harga tersebut dan langsung melakukan pembayaran kepada penjaga pameran.
Sepanjang perjalanan menuju balai sidang, saya tak habis pikir ternyata ada juga orang indonesia yang mau membelanjakan uang sejumlah itu untuk jenis kerajinan yang saya buat. Padahal satu hari sebelumnya banyak yang mengatakan bahwa harganya terlalu mahal.
Didalam hati saya berfikir apakah produk saya ini bisa dijual di Indonesia dengan patokan harga diatas ? atau harus dijual lebih murah lagi. Tapi kalau melihat bahwa ada juga yang dengan mudah mengeluarkan sejumlah uang untuk karya ini, maka menunjukkan bahwa di Indonesia masih ada pasar.
Oleh karena itu saya berketetapan bahwa saat ini tidak akan merubah dulu patokan harga yang telah saya buat.
Dengan melihat kejadian diatas saya masih punya keyakinan, bahwa pasar di Indonesia masih cukup prospektif, walaupun harus diakui bahwa produk ini segmen pasarnya sangat terbatas.
Bagian IX
Ditayangkan televisi
Beberapa hari setelah mengikuti pameran di Balai Sidang Jakarta, saya mendapat telepon dari stasiun televisi milik pemerintah yang ingin meliput kegiatan saya dlm mengukir telur. Tentu saja hal ini membuat hati saya gembira, betapa tidak......karena tidak ada sedikitpun pemikiran bahwa kegiatan saya ini akan disiarkan televisi.
Setelah waktu untuk pengambilam gambar ditentukan , maka mulailah saya melakukan persiapan2 yang berkaitan dengan semua kegiatan ukir telur.
Tibalah hari H unt. pengambilan gambar, dari pagi hari saya sdh. persiapkan segala sesuatunya, mulai persiapan lokasi, perlengkapan ukir telur dgn segala tetekbengeknya dan sudah barang tentu telur angsa yg masih segar.
Janjinya rombongan akan tiba dirumah pada pukul 10 pagi, tapi prakteknya jam 11 siang baru bisa berkumpul. Akhirnya jam 11.30 barulah acara pengambilan gambar dimulai. Semua kegiatan mulai dari mengeluarkan isi telur, membersihkan cangkang telur yg sdh. kosong, membuat pola hingga mengukir diliput. Disamping itu juga ada wawancara dan peliputan hasil yang sudah jadi. Kira2 pukul 1 siang semua kegiatan telah selesai.
Setelah mendapat kabar dari pihak televisi kapan acara tsb. ditayangkan, terjadilah kehebohan baru, semua saudara ditelepon bahkan juga teman2, bahwa saya akan akan masuk televisi , ukir telur akan masuk televisi . Yah namanya juga belum pernah masuk televisi.......eh tiba2 kok jadi berita.
Begitulah.......setelah acara ditevisi selesai ditayangkan mulailah banyak komentar yg. masuk, dari yang biasa2 sampai yang kritis........bahkan ada yang bilang sekarang sudah menjadi selebritis..........weleh weleh weleh............nggak kaleee.
Tidak sampai satu minggu setelah pengambilan gambar televisi yg pertama, saya mendapat telepon lagi dari salah satu TV swasta pertama di Indonesia yang juga ingin meliput kegiatan mengukir telur.
Wah kali ini boleh sedikit berbangga hati, soalnya yg meliput adalah stasiun tv yg cukup besar.
Sama seperti peliputan yang pertama, kesibukan dirumah meningkat terutama saat waktu pengambilan gambar tiba. Kali ini rombongan dari tv tidak banyak hanya 3 orang, yaitu seorang kameramen, seorang reporter dan assistennya.
Dari pengamatan saya team yang datang kali ini kelihatan lebih siap dengan konsep penayangan, apalagi kameramennya terlihat sudah sangat berpengalaman.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan gambar sekitar satu setengah jam.
Tibalah pemberitahuan kapan acara tsb. akan ditayangkan, kehebohan terjadi lagi. Kali ini berasa lebih bergengsi mengingat tv yang menayangkan cukup besar yang merupakan tv swasta pertama di Indonesia, dan memang benar.
Durasi penayangan lumayan lama lebih dari 4 menit, dan dikemas sedemikian rupa sehingga lebih menarik dan lebih informatif. Bahkan sampai sekarang saya masih suka melihat rekaman tayangan tersebut di internet. Kalau anda kebetulan belum menyaksikan dan ingin menyaksikan dapat diakses dengan cara tulis : ukirtelur.video.okezone.com
Begitulah penayangan di televisi, secara berurutan ada tiga lagi stasiun televisi yang juga meliput kegiatan saya dalam mengukir telur. Tidak semua tayangan sempat saya lihat, tetapi lumayanlah itung2 iklan gratis.
Bagian X
Pameran.....pameran dan pameran
Pada kurun waktu th.2009 yang lalu ada sedikitnya 4 pameran yang saya ikuti, dua diantaranya bertempat di Balai Sidang Jakarta, satu kali di Departemen perindustrian dan terakhir di Gedung Smesco.
Pameran pertama di Balai Sidang Jakarta dalam rangka ultah Dekranas sekitar bulan Maret 2009, sebagaimana yg.telah diuraikan diatas, kemudian pameran kedua juga di Balai Sidang pada bulan Mei 2009 yang diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian dengan tema Pekan Produk Kreatif.
Kemudian bulan Juni 2009 dalam acara Jakarta Craft di Departemen Perindustrian dan kemudian yang terakhir bulan Agustus 2009 Gedung Smesco yang diselenggarakan oleh Departemen Koperasi dan UKM.
Dari seluruh pameran yang saya ikuti, hanya sayalah satu2nya pengrajin yang memproduksi ukiran telur. Ada juga produk kerajinan berbahan kulit telur tetapi bukan ukir telur
Kalau pada pameran yg pertama hanya dua buah produk saya yang terjual, maka pada pameran berikutnya yang terjual mulai bertambah, walaupun kalau dihitung secara matematis perbandingan pengunjung dengan pembeli sangat tidak sebanding.Tetapi yang tetap membanggakan saya adalah bahwa semua pengunjung memberi apresiasi atas produk saya, barangkali karena saya satu2nya yang membuat ukiran telur.
Dari beberapa kali pameran tersebut akhirnya ketemu juga beberapa kolektor barang seni. Mereka sangat dapat mengerti dan menghargai proses pembuatan ukir telur, betapa harus penuh ketelitian dan perhitungan. Oleh karena itu mereka tidak pernah atau jarang sekali melakukan penawaran terhadap harga yang saya tentukan untuk sebuah produk. Dengan mudahnya mereka mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli barang2 yang bagi orang lain barangkali masih terlalu mahal.
Selama pameran juga banyak kejadian yang lucu2 terutama perilaku para pengunjung. Mereka itu kan terdiri dari berbagai macam kalangan, yang pasti terlihat adalah mulai dari orang dewasa sampai anak2, laki2 dan perempuan, selebihnya
tidak dapat saya uraikan satu persatu karena pasti sangat beragam.
Banyak yang menanyakan bagaimana proses pembuatannya, berapa lama membuatnya, telur apa saja yang bisa dibuat, apa alatnya dll. yah pokoknya semua pertanyaan harus dijawab dengan baik dan tentu saja dengan kesabaran yg tinggi.
Ada juga yang melihatnya sembarangan, tidak hati2, main ambil saja dan diangkat di depan matanya sambil diputar putar agar kelihatan seluruh telurnya, kita yang melihat sudah tidak sabar unt. memperingatkan agar memegangnya hrs. hati2. Memang produk yang didisplay tidak semua ditempatkan pada casing, ada juga yang hanya diletakan diatas tatakan kayu yang tidak ada penutupnya, jadi gampang sekali diambil untuk dilihat. Beberapa kejadian sampai ada telur yang pecah gara2 dilihat dgn . sembarangan.
Yang membeli produk saya malah kebanyakan tidak banyak pertanyaan, mereka hanya memilih milih yang mereka sukai, dipisah dengan yang lain, lalu setelah itu bertanya berapa semua harganya dan dibayar. Kalau toh menawar nilainya tidak lebih dari 5 %
Tetapi ada juga yang nawarnya seperti belanja di pasar, yah menghadapi yang seperti ini sekali lagi kudu extra sabar.
Untung saja setiap pameran saya selalu dibantu teman yang bersedia menjaga pameran dari pagi hingga malam, jadi saya tidak full time berada ditempat pameran.
Sampai saat ini produk saya memang belum saya pasarkan secara khusus, misalnya didisplay di gallery tertentu yang jumlahnya sangat banyak , ataupun menawarkan produk ini ke pihak2 tertentu. Jadi pemasaran hanya dilakukan saat ada pameran, diliput televisi atau dimuat dimajalah dan dengan blog ini.
Dengan pemasaran seperti tersebut diatas sudah barang tentu penyebaran informasi tentang seni ukir telur masih sangat terbatas.
Tahun 2010 ini saya tidak semangat untuk ikut pameran, pertama memang agak malas untuk mengurus ke Departemen2 terkait, kedua dari pengalaman pameran selama 2009 yang lalu sdh. dapat diketahui bahwa produk ini pasarnya sangat terbatas sehingga praktis pameran hanya untuk ajang promosi saja, dan saya beranggapan sementara waktu sudah cukup dulu untuk melakukan promosi melalui pameran.
Untuk diketahui bahwa selama mengikuti pameran saya sama sekali tidak membayar satu rupiahpun untuk sewa tempat, karena mendapat fasilitas dari departemen2 yg berhubungan dengan industri, perdagangan dan koperasi UKM. Untuk mendapat fasilitas memang ada persyaratan tertentu, salah satunya adalah membuat produk yang unik.
Beberapa pihak pernah menyarankan agar blog saya dikelola dengan baik dan dibuat sedemikian rupa agar tingkat kunjungan blog bisa terus meningkat, yang pada ujungnya dapat meningkatkan pemasaran. Namun hal tsb. tidak/ belum terlaksana karena faktor teknis semata. Bagaimana mungkin pada siang hari saya berkutat dengan ukiran telur yang sudah cukup banyak memakan perhatian, lalu setelah itu masih harus kutak kutik komputer ngurusi blog...............cape deh.
Kalau boleh jujur sejatinya saya kurang begitu mengerti dengan komputer atau bahasa gaulnya agak2 gaptek, seperti sekarang ini saja paling2 saya hanya bisa edit, dan unggah gambar.
Setelah beberapa kali mengikuti pameran selama th.2009 yg. lalu maka dapat saya tarik kesimpulan bahwa seni ukir telur di Indonesia memang hal yang baru. Pangsa pasar yang masih sangat terbatas, apa mungkin karena harga yang saya patok terlalu tinggi. Tetapi terlepas dari kedua hal diatas , karya karya saya tetap mendapat apresiasi dari para pengunjung pameran. Hal inilah yang membuat saya tetap berkarya dan berkarya terus.
Bukan mau sok idealis, didalam hati sebenarnya ada keinginan kuat untuk mengembangkan seni ukir telur di Indonesia, terutama kalau melihat kenyataan bahwa sangat banyak sumber daya manusia yang sebenarnya dapat dibina untuk dapat melakukan kegiatan ini.
Hal yang membuat saya optimis bahwa seni ukir telur dapat dikembangkan adalah, bahan baku yang cukup banyak , peralatan cukup murah, tidak memerlukan tempat yg. besar untuk mengerjakannya, dan dapat dikerjakan kapan saja.
Tetapi memang untuk bisa mengerjakan ini harus banyak latihan, mencoba dan mencoba terus, yang penting ada kemauan.
Saya sendiri akhirnya toh bisa membuat ukiran telur, padahal sebelumnya buta sama sekali akan seni ini.
Bagian XI
Memberi pelajaran mengukir telur.
Saya membuat blog ini pada awal th.2009 yang lalu, sekitar satu tahun sejak saya mulai kegiatan mengukir telur. Pada awalnya saya mencoba membuat sendiri berdasarkan panduan yg saya dapat dari internet, tetapi karena gak mau ribet akhirnya saya minta bantuan teman yg. memang sudah biasa membuat blog.
Wah lumayan dapat ilmu baru, tapi ya begitulah rajin posting saat baru2 saja , lama kelamaan nggak sempet , males dll. jadi ya angot2an.
Sehabis mengikuti pameran pertama pada bulan Maret 2009, tingkat kunjungan blog meningkat tajam. Ini karena didalam kartu nama saya cantumkan juga alamat blog saya. Sementara itu e-mail maupun sms. juga berdatangan, ada yang sekedar memberi pujian, ada juga yang menanyakan harga, tetapi banyak juga yang ingin belajar mengukir telur.
Ada juga yang menelepon menanyakan ini dan itu seputar teknik pembuatan, bahkan ada seorang bapak yang menelpon cukup lama menanyakan berbagai hal seputar pembuatan ukiran telur, padahal dia bertempat tinggal di Papua.
Wah pokoknya lumayan sibuk melayani e-mail,sms, maupun telepon, tetapi saya senang senang saja. Semua pertanyaan seputar teknik pembuatan saya usahakan menjawab dgn. baik terutama yang berasal dari luar kota bahkan dari luar Jawa.
Untuk yg. tinggal di Jakarta saya minta sebaiknya datang saja kerumah akan lebih gampang menjelaskannya.
Dari sekian banyak yg. menghubungi saya ada sebagian yang sangat ingin belajar mengukir telur. Pertama kali yg. ditanyakan adalah alat seperti apa yang dipakai, membelinya dimana dan harganya berapa.
Semua saya jawab sesuai apa yg. punyai , hanya kebanyakan dikota mereka tinggal barang tersebut tidak dapat ditemukan. Bahkan ada seseorang, kalau tidak salah dari Medan sampai minta dikirim foto alat yang saya pakai, agar dia tahu mini bor seperti apa yang saya maksud, inipun saya penuhi. Akhirnya semua yg. menanyakan ttg. alat ukir langsung saja saya kirimkan fotonya, berikut nama toko yg. menjual alat tsb.
Dari sekian banyak yang belajar ukir telur jarak jauh, ada dua orang yang sudah mengirimkan foto hasil karyanya, yang satu dari Medan ( sorry lupa namanya ) dan yg. kedua dari Bandung namanya Dikdik Setianugraha ( contoh foto terlampir ).
Yang dari Bandung malah sudah mampir ke rumah sambil membawa beberapa hasil karyanya dan menitipkan kepada saya, katanya terserah pak andi saja mau diapakan syukur2 bisa dijual bersamaan dengan karya saya.
Karya Dikdik sudah lumayan bagus, pengerjaannya cukup rapih dan halus hanya saya bilang agar polanya dibuat lebih bervariasi, untuk permulaan meniru saja karya orang lain tidak apa2, nanti secara bertahap membuat pola hasil karya sendiri.
Yang dari Medan sudah bisa menggunakan alatnya, tetapi masih harus sering latihan, atau barangkali alatnya belum komplit. Jadi hasilnya masih kurang halus dan polanya masih sederhana.
Untuk yang lainnya saya tidak tahu, apakah sudah berhasil membuat ukiran atau malah gagal sama sekali. Ini memang pekerjaan yg sulit, tidak semua orang mau mengerjakan dan kalau toh mau tidak semua bisa mengerjakannya.
Bagian XII
Mengukir Telur Burung Unta :
Kira kira pertengahan bulan Agustus yang lalu, tepatnya pada bulan Ramadhan th 2011, saya mulai melakukan percobaan mengukir telur burung unta. Telur tsb saya peroleh dari seorang teman sekitar 2 tahun yg lalu , dan selama ini hanya saya letakkan di lemari display berdampingan dgn hasil karya ukiran pada telur angsa.
Kalau dilihat sepintas sudah kelihatan bahwa terlur tsb pasti dari binatang yg lebih besar daripada angsa, tetapi hanya sedikit yg tahu bhw itu adalah telur burung unta. Dari ukurannya telur brg unta sekitar 7 sampai 10 kali lebih besar dari telur angsa, dengan lingkar badan sekitar 40 cm.
Dengan ukuran yg besar maka telur brg unta juga memiliki ketebalan yg menakjubkan........lebih dari 1 mm.
Dengan berat tubuh yg bisa mencapai 170 kg, maka tidaklah mengherankan bila telurnya pun memiliki ukuran yg besar pula.
Pada Label Galeri Produk sudah kami tampilkan foto perbandingan antara telur burung unta dgn angsa.
bersambung........